Dead Trigger, sebuah game FPS yang relatif populer untuk android dan iOS akhirnya digratiskan untuk versi Android, namun tidak untuk iOS. Alasannya adalah karena luar biasa tingginya tingkat pembajakan di Android, menurut pengembangnya, Madfinger Games. Ini adalah keadaan yang menyedihkan, khususnya bagi pengembang kecil.
Sistem operasi Android telah berkembang pesat selama dua tahun terakhir. Dan, terlepas dari masalah-masalah seperti fragmentasi dan monetisasi, sebagian besar pengembang terus membawa aplikasi mereka pada platform Google ini. Karena saat ini Android memang terlalu besar untuk diabaikan.
Tapi pembajakan merupakan masalah besar sekarang. Tidak seperti di iOS di mana setiap aplikasi yang diterbitkan (gratis atau berbayar) perlu mendapatkan validasi oleh Apple, dan oleh karenanya harus didownload melalui App Store, aplikasi Android dapat dengan mudah dibajak, lalu didistribusikan sebagai file APK. Dan, kemudian aplikasi bajakan itu diinstal pada perangkat Android tanpa harus di-root terlebih dahulu .
Malware dan masalah keamanan belum cukup terbukti sebagai pencegah orang tetap membajak aplikasi. Dan, Google juga tidak peduli terhadap file APK apa yang diinstal pada perangkat Android.
Masalah monetisasi bukanlah hal baru di Android. Menurut sebuah laporan dari Flurry, untuk setiap 1 dolar yang didapat pengembang di iOS, pengembang Android hanya mendapatkan 24 sen. Inilah sebabnya mengapa banyak pengembang, termasuk yang besar seperti Rovio, ikut memasukkan iklan pada aplikasi mereka di Android, sementara mereka juga memiliki versi berbayar yang bebas iklan untuk iOS. Dengan pembajakan merajalela, kita hanya bisa berharap model ini akan semakin banyak diadaptasi oleh para pengembang, yaitu lebih memperhatikan kebutuhan pengguna dibandingkan pendapatan mereka.
Update terakhir mengatakan OS Android Jelly Bean akan dilengkapi dengan model enkripsi aplikasi berbayar yang diharapkan akan memperlambat pembajakan pada Android. Harapannya, kedepannya orang akan lebih menghargai hak cipta hingga pengembang kecil bisa terus hidup dan makin maju. (Zainal)
Sistem operasi Android telah berkembang pesat selama dua tahun terakhir. Dan, terlepas dari masalah-masalah seperti fragmentasi dan monetisasi, sebagian besar pengembang terus membawa aplikasi mereka pada platform Google ini. Karena saat ini Android memang terlalu besar untuk diabaikan.
Tapi pembajakan merupakan masalah besar sekarang. Tidak seperti di iOS di mana setiap aplikasi yang diterbitkan (gratis atau berbayar) perlu mendapatkan validasi oleh Apple, dan oleh karenanya harus didownload melalui App Store, aplikasi Android dapat dengan mudah dibajak, lalu didistribusikan sebagai file APK. Dan, kemudian aplikasi bajakan itu diinstal pada perangkat Android tanpa harus di-root terlebih dahulu .
Malware dan masalah keamanan belum cukup terbukti sebagai pencegah orang tetap membajak aplikasi. Dan, Google juga tidak peduli terhadap file APK apa yang diinstal pada perangkat Android.
Masalah monetisasi bukanlah hal baru di Android. Menurut sebuah laporan dari Flurry, untuk setiap 1 dolar yang didapat pengembang di iOS, pengembang Android hanya mendapatkan 24 sen. Inilah sebabnya mengapa banyak pengembang, termasuk yang besar seperti Rovio, ikut memasukkan iklan pada aplikasi mereka di Android, sementara mereka juga memiliki versi berbayar yang bebas iklan untuk iOS. Dengan pembajakan merajalela, kita hanya bisa berharap model ini akan semakin banyak diadaptasi oleh para pengembang, yaitu lebih memperhatikan kebutuhan pengguna dibandingkan pendapatan mereka.
Update terakhir mengatakan OS Android Jelly Bean akan dilengkapi dengan model enkripsi aplikasi berbayar yang diharapkan akan memperlambat pembajakan pada Android. Harapannya, kedepannya orang akan lebih menghargai hak cipta hingga pengembang kecil bisa terus hidup dan makin maju. (Zainal)
No comments:
Post a Comment