June 10, 2012

Sangkar Burung yang Kosong

Suatu hari, seorang lelaki tua mengamati seorang anak yang sedang membawa sangkar berisi banyak burung.
Lalu dia bertanya, "Di mana kamu mendapatkan burung-burung tersebut, nak?"
"Saya menangkap mereka sendiri," anak itu menjawab.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?", tanya lelaki tua itu.
"Saya akan bermain dengan mereka," jawab anak itu.
"Lalu setelah itu, apa yang akan kamu lakukan?", tanya lelaki tua itu.
"Saya mungkin akan memberi mereka kepada kucing-kucing untuk dimakan."
"Berapa besar kamu mau untuk burung-burung tersebut?", tanyanya lagi.
"Oh,kamu tidak mungkin mau membelinya.Mereka hanyalah burung-burung biasa yang bisa ditemukan di padang," kata anak itu.
"Jadi berapa kamu mau?" lelaki tua itu memaksa.
Akhirnya, anak itu setuju untuk menjual burung-burung tersebut dengan sejumlah uang dan sangkar burung itu diberikan ke lelaki tua tersebut.
Ia mengambil sangkar itu dan pergi ke jalan yang sepi dan tenang.
Ketika ia melihat tidak ada orang yang melihat, ia membuka sangkar itu dan mele paskan semua burung-burung tersebut ke udara.

Suatu hari, Tuhan bertemu Iblis meninggalkan Taman Eden dengan sangkar besar yang penuh berisi manusia.
"Di mana kamu mendapatkan orang-orang ini?" Tuhan bertanya.
"Saya menangkap mereka," jawab Iblis.
"Apa yang akan kamu lakukan dengan mereka?" tanya Tuhan.
"Saya akan bermain dengan mereka," Iblis menjawab.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan terhadap mereka?" tanya Tuhan lagi.
"Saya akan membunuh mereka," jawab Iblis lagi.
"Berapa besar yang kamu mau untuk mereka?" Tuhan bertanya.
Iblis berpikir sebentar lalu berbisik, "Kamu harus membayarnya dengan semua air mata yang dapat kamu tangisi, dan semua darah yang dapat kamu curahkan." Tuhan setuju dan sangkar itu berpindah tangan.
Tiga hari setelah air mata dan darah dicurahkan, ketika tidak ada seorangpun yang melihat, di suatu gua yang sepi dan tenang, Tuhan membebaskan manusia!

"Doa adalah nyanyian hati yang selalu dapat membuka jalan terbang kepada singga sana Tuhan meskipun terhimpit di dalam tangisan seribu jiwa..."

No comments:

Post a Comment