May 8, 2012

Pengorbanan Max


Pada tahun 1941, seorang pastor bernama Maximilian Kolbe dipenjarakan di Auschwitz. Di tengah kekejaman kamp pembantaian itu, Max selalu berusaha melaku kan kebaikan. Ia menjadi 'orangbenar' sekaligus 'orang baik' bagi tiap narapidana di sana. Ia berdoa bagi mereka, membagikan makanan dan menyerahkan tempat tidurnya untuk mereka yang memerlukan.
Pada satu hari ada seorang napi berhasi melarikan diri. Telah menjadi kebiasaan, setiap kali ada satu napi lari, semua napi lain akan dikumpulkan di halaman, lalu komandan akan memilih secara acak 10 napi. Mereka akan dimasukkan ke sebuah sel; tidak diberi makan dan minum sampai mati. Begitulah pagi itu komandan mulai memilih secara acak mereka yang akan dihukum. Nama napi kesepuluh yang dipanggil adalah Gajowniczek. Begitu namanya disebut, ia langsung menangis histeris. "Oh, istri dan anak-anakku," katanya.

Tiba-tiba dari antara barisan, Max maju ke muka dan menghadap sang komandan. Ia melepas topinya dan memandang perwira Jerman itu tepat di matanya. Ia berkata: "Tuan komandan, ijinkan saya mengajukan permohonan. Saya ingin mati untuk menggantikan napi ini," katanya sambil menunjuk Gajowniczek yang masih terus menangis. "Saya tidak punya istri dan anak-anak. Selain itu, saya sudah tua. Lebih baik orang itu saja yang hidup lebih lama." Sang komandan diam seribu bahasa, juga para napi lainnya tercengang, termasuk Gajowniczek. Akhirnya terdengar suara: "Permohonanmu dikabulkan!"

Betapa penting peristiwa itu bagi Gajowniczek! Ia bersaksi: "... saya merasa sangat tercengang dan hampir tidak dapat mempercayai apa yang terjadi. Saya orang terhukum akan tetap hidup, sementara orang lain dengan sukarela menyerahkan nyawanya untuk saya orang yang tidak saya kenal! Apakah ini mimpi?"

Max akhirnya tidak mati karena kehausan atau kelaparan, tetapi karena disuntik racun pada tanggal 14 Agustus l941. Sementara Gajowniczek berhasil lolos dari pembantai an. Ia bisa kembali pulang kekampung halamannya setelah perang selesai. Namun setiap tahun, setiap tanggal 14 Agustus ia kembali ke Auschwitz. Ia kembali untuk mengucapkan lagi rasa terima kasih kepada orang yang telah mati menggantikannya. Di halaman belakang rumahnya didirikan sebuah tanda peringatan yang diukir dengan tangannya sendiri, sebagai penghargaan pada Maximilian Kolbe - orang yang mati baginya agar ia tetap hidup!

* diadopsi dari Embun Bagi Jiwa: Kaum Muda. Editor: Alice Gray

No comments:

Post a Comment